Sabtu, 08 April 2017

Motivasi dalam Pembelajaran



Resume 1 Mata Kuliah Psikologi pendidikan

MOTIVASI

Mengeksplorasi Motivasi
Seorang pemuda kanada, Terry Fox, menyelesaikan lari jarak jauh yang luar biasa dalam sejarah (McNally, 1990). Dia rata-rata berlari sejauh jarak lari maraton (26,2 mil) setiap hari selama lima bulan, dan karenanya menempuh total 3359 mil  melintasi Kanada. Apa yang membuatnya jadi luar biasa adalah karena Terry Fox kehilangan satu kaki akibat kanker sebelum dia lari, dan karenanya dia lari dengan bantuan kaki palsu. Terry Fox jelas orang yang penuh dengan motivasi, tapi apa makna dari motivasi itu sesungguhnya?

Apa motivasi Itu?
            Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Contoh lain dari motivasi adalah Lance Armstrong. Lance Armstrong adalah pembalap sepeda yang hebat tetapi kemudian dia didiagnosis mengidap kanker pada tahun 1996. Peluang kesembuhannya diperkirakan kurang dari 50 persen saat pembalap sepeda itu mengikuti kemoterapi dan emosinya memburuk. Akan tetapi, Lance pulih dari penyakit itu dan bertekad memenangkan lomba Tour de France sejauh kurang lebih dari 2000 mil, sebuah lomba balap sepeda paling bergengsi di dunia. Hari demi hari Lance berlatih keras, terus bertekad memenangkan lomba itu. Lance kemudian berhasil memenangkan lomba balap Tour de France bukan hanya sekali, tetapi empat kali pada 1999, 2000, 2001, dan 2002.

Perspektf tentang Motivasi
1.      Perspektif Behavioral
Perspektif ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif dan negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka  dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk., 2000).
Insentif yang dipakai guru di dalam kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau hadiah.



2.      Perspektif Humanistis
Perspektif ini menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan  pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Hierarki kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut:
·         Fisiologis: lapar, haus, tidur
·         Keamanan (safety): bertahan hudup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
·         Cinta dan rasa: keamanan (security), kasih sayang dan perhatian dari orang lain.
·         Harga diri: menghargai diri sendiri
·         Aktualisasi diri: realisasi potensi diri.

Menurut Maslow, misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum merek dapat beradaptasi.

3.      Perspektif Kognitif
Menurut perspektif ini, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001). Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W.White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang mempunyai motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.

4.      Perspektif sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjlain hubungan positif dengan guru.
Murid sekolah yang mempunyai hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1990; Stipek, 2002)

Motivasi Untuk Meraih  Sesuatu
            Perhatian terhadap motivasi di sekolah telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Dalam bagian ini, kita akan mempelajari sejumlah strategi kognitif efektif untuk meningkatkan motivasi murid untuk meraih sesuatu dan untuk berprestasi. Kita mulai bagian ini dengan mengeksplorasi perbedaan krusial antara motivasi ekstrinsik (eksternal) dan motivasi intrinsik (internal).

Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
1.      Motivasi Ekstrinsik
Adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
2.      Motivasi intrinsik
Adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan. Motivasi intrinsik terbagi dua yaitu:
a.       Determinasi diri dan pilihan personal
b.      Motivasi intrinsik dari pengalaman optimal


a.       Determinasi diri dan pilihan personal
Salah satu pandangan tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri (deCharms, 1984; Deci, Koestner, & Ryan, 2001; Deci & Ryan, 1994; Ryan & Deci, 2000). Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.
Para periset menemukan bahwa motivasi internal dan minat intrinsik dalam tugas sekoilah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka (Grolnick dkk.,2002; Stipek, 1996, 2002)

b.       pengalaman Optimal
mihaly Csikszentmihalyi (1990, 1993, 2002; Nakamura & Csikszentmihalyi, 2002) juga mengembangkan ide yang relevan untuk memahami motivsi intrinsik. Dia menemukan bahwa pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mempu untuk menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas.

Bibliography

Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
(Santrock, 2004)
   

0 komentar:

Posting Komentar