Sabtu, 18 Maret 2017

Implikasi Psikologi Pendidikan dengan Tahap Perkembangan



PSIKOLOGI DAN TAHAP PERKEMBANGAN
Tahap perkembangan manusia dikaitkan dengan pendidikan. Perbedaan antara TK, SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi.

Perkembangan Anak sampai Remaja.

A.MASA BAYI (0-2tahun)
Perkembangan Piaget : Tahap Sensori motorik
Kondisi Fisik dan panca indera berkembang cepat
Bayi membangun pemahaman tentang membangun dunia, dengan mengoordinasikan pengalaman sensoris tindakan fisik.
Implikasi yang dapat dilakukan adalah menunjukkan kepada seorang bayi sebuah mainan yang menarik dan menggoyangkannya dihadapan si bayi atau bisa menyembunyikannya dibawah selimut. Biasanya bayi yang sudah mulai bisa merangkak akan berusaha mencari dan menyibakkan selimut tersebut.
Dari kognisi sensorimotorik yang melibatkan kemampuan untuk menata dan mengoordinasi sensasi dengan gerakan fisik serta mengikutsertakan kesadaran akan objek yang kita berikan kepada si bayi.

B.MASA KANAK-KANAK AWAL (2-6tahun)
Masa negative (Trot Zalter)
Masa bermain :  occupied play, onlooker play, selftary dependent play , pararel play, associative Play , Cooperative play
Masa Meniru
Masa eksplorasi (rasa ingin tahu yang tinggi)
Tahap Piaget :Tahap praoperasional
-Belajar menggunakan bahasa
-cara berpikir egosentris
Tahap 1: Hukuman
Tahap 2:Ganjaran

Implikasi yang dapat di lakukan adalah dengan membiarkan si anak bermain dan mengeksplorasi.
Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberadaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan,mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka,ruang, kuantitas dan sebagainya . Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.

Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun, yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak, yang memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme, sederhana, animisme, sentrasi, dan memiliki daya imajinasi yang kaya

MASA KANAK KANAK AKHIR
-Sejak 6 tahun sampai matang secara seksual (setara dengan usia tingkat SD)
-Pengaruh teman mulai dominan
-Mampu berpikir logis tentang objek dan kejadian
-Menguasai konvensi jumlah dan berat
-Mampu mengklarifikasikan objek
-Tingkat perkembangan Moral : Konvensional
Tahap 3 :Orientasi "Goodboy /girl
Tahap 4 :Orientasi otoritas
Menurut Erikson Tahap industry vs inferiority ( rendah diri)
Tahap piaget :Tahap konkret operasional

Implikasi yang dapat diberikan adalah di dalam permainan
Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan
Mengajarkan sang anak untuk bersikap lebih sportif , jujur , dan melatih fisik sang anak.
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:
a.Menguasai keterampilan fisik dan perkembangan anak usia dalam permainan dan aktivitas fisik.
b.Membina hidup sehat
c. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai. Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa:
a. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b.Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian sosialnya berkembang.
c.Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.
d.Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya. Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)


MASA REMAJA (ADOLOSENCE)
Mulai usia 11 atau 12 sampai 18 atau 24 tahun
Perkembangan Fisik         : Mengarah ke bentuk orang dewasa
Perkembangan Seksual   : Mulai aktifnya hormon seksual "Heteroseksual " Tertarik pada lawan   jenis
Perkembangan Emosional :Emosi tidak stabil berubah-ubah, Mudah meledak
Perkembangan Kognitif   : Tahap Formal operasional
-Mampu berpikir logis secara abstrak
-Menaruh perhatian tentang masa depan konsep ideologis dan membuat hipotesis pola pikir cenderung egosentris
-Perkembangan identitas diri adalah Identity Vs Role consfusional
-Timbul pertanyaan siapa saya
-Ingin diakui dan cenderung mengikuti idola
-Perkembangan Moral "Kebanyakan tingkat konvensional namun sebagian sudah past konvensional
Tahap 5 :Orientasi kontak sosial
Tahap 6 :Orientasi asas etis
Implikasi yang dapat diberikan di bidang pendidikan adalah
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori – teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain.
Melihat masa remaja sangat potensial dan dapat berkembang ke arah positif  maupun negatif maka intervensi edukatif dalam bentuk pendidikan, bimbingan, maupun pendampingan sangat diperlukan untuk mengarahkan perkembangan potensi remaja tersebut agar berkembang ke arah positif dan produktif. Rekomendasi masa remaja merupakan masa dimana individu mencari identitas atau jati dirinya, dalam fase ini remaja mengalami kesulitan dalam menjalani perkembangan sosialnya, agar remaja tidak terjerumus kedalam lingkungan sosial yang menyimpang, oleh sebab itu peran guru dan orang tua menjadi sangat penting dalam membantu remaja mengatasi hambatan- hambatannya dalam kehidupan sosialnya.
Memberikan pelajaran tentang seks
Memberikan ruang untuk anak remaja dalam mengembangkan bakat
dan mendapat pola pengawasan yang baik dari orang tua

Sabtu, 04 Maret 2017

Contoh Tentang Pendekatan Classical Conditioning, Operant Conditioning dan Kognisi dalam Proses Belajar

Contoh Tentang Pendekatan Classical Conditioning, Operant Conditioning dan Kognisi dalam Proses Belajar

Kelompok 3
Ramadani Barus (16-007)
Wulan Azizah (16-012)
Hani Nur Yulianti (16-019)
Putri Ayuni (16-035))
Neforius Halawa (16-059)
Franisa M. Ketaren (16-060)
Glory Sepsi Sinaga (16-78)

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen yang dibentuk melalui pengalaman. Akan tetapi tidak semua hal yang kita alami diperoleh melalui proses belajar. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena obat-obatan, kelelahan, maturasi dan luka tidak termasuk dalam belajar.


 Pendekatan Classical Conditioning

Tokoh dari pendekatan ini adalah Ivan P. Pavlov yang melakukan penelitian tentang salivasi pada anjing. Elemen kunci dari pendekatan ini adalah asosiasi dua stimulus yaitu unconditional stimulus (UCS) dan conditional stimulus (CS). Dua hal penting yang berkaitan dengan pembentukan asosiasi adalah:
a. Frekuensi yaitu seberapa sering UCS dan Cs dipasangkan
b. Timing yaitu jarak antara pemberian CS dengan UCS.

Terminologi dari pendekatan ini adalah:
a. Unconditional Stimulus (UCS) yaitu stimulus yang otomatis menghasilkan respon.
b. Unconditional Respon (UR) respon otomatis karena adanya stimulus tak berkondisi (UCS)
c. Conditional Stimulus (CS) stimulus netral yang menghasilkan conditional respon setelah  diasosiasikan dengan nuconditional stimulus.
d. Conditional Respon (CR) yaitu respon yang dipelajari yakni respon terhadap stimulus yang muncul setelah terjadi asosiasi antara UCS dengan CS. Beberapa contoh dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:


Contoh 1
Pada waktu saya masih di sekolah dasar, kami memelihara ayam kampung yang kami tempatkan di dalam kandang. Kandang ayam ini sangat dekat dengan pintu belakang rumah. Orang tua saya memberi pakan ayam itu setiap pagi dan sore. Ketika ayah saya mau memberi pakan ayam-ayam itu (unconditional stimulus) maka ayam itu akan berlarian di dalam kandangnya (unconditional respon). Tetapi ketika pada pagi hari saya ke belakang rumah dan membuka pintu yang mengeluarkan bunyi dan memberi pakan pada ayam maka ayam itu juga berlarian di dalam kandang. Pada hari selanjutnya setiap kali ada bunyi pintu yang terbuka (conditional stimulus) maka ayam-ayam itu juga beralari di dalam kandangnya (conditional respon). (Neforius Halawa)

Contoh 2
Belakangan ini sangat saya menyukai mie ayam yang lewat didepan kos-kosan. Penjual mie ayam (unconditional stimulus) tersebut berjualan dengan cara berkeliling dengan menggunakan gerobak dorong. Dan sebagai penanda, penjual mengeluarkan sebuah bunyi yang dihasilkan oleh ketukan mangkuk kaca dan sendok (conditioned stimulus). di saat-saat awal saya membeli mie ayam tersebut hanya ketika penjual mie ayam  itu telah berada hampir di depan rumah (unconditioned responses). Namun, lama kelamaan saya terbiasa dengan bunyi yang dikeluarkan oleh penjual itu. Dan akhirnya sekarang ini hanya dengan mendengar suaranya saja saya langsung berlari keluar rumah (conditioned Response). (Putri  Ayuni)

Contoh 3
Setiap pagi mama selalu berlangganan dengan tukan Sayur.Situkang Sayu selalu Naik sepeda motor.Pada hari hari pertama kali ,bapak tukang sayur selalu parker tepat didepan rumah dengan suara khas motornya dan kemudian membunyikan klakson yang membuat mama keluar dari rumah untuk membeli sayur.Tapi hari hari berikutnya mendengar suara motornya si tukan sayur saja mama langsung keluar membeli tanpa si tukang sayur Membunyikan klakson.(Glory Sepsi Sinaga)

Contoh 4
Sekitar 5 tahun yang lalu ayah saya membeli motor yang khusus buat ke kantor dan ke ladang saja karna berhubung kantor ayah saya dekat dengan rumah tempat kami tinggal (kira-kira 300 meter dari rumah). Jadi ayah saya membeli motor yang sudah model lama dan suaranya memang khas sekali. Jadi ketika ayah saya pulang kerja kami selalu membukakan pintu belakang untuknya. Kemudian ayah saya menggunakan motor barunya tersebut dengan suara yang khas kemudian setelah sampai dibelakang ia membunyikan klakson motor sebagai tanda minta dibukakan pintu. Nah kejadian ini berulang sampai beberapa kali. Namun, setelah beberapa kali melakukan hal itu pasa akhirnya ayah tidak menggunakan klakson lagi karna takut mengganggu. Kemudian karna ayah tidak menggunakan klakson lagi dan saya pun terbiasa dengan suara motor ayah saya. Jadi, saya belajar untuk mengenal suara motor ayah saya dan langsung membuka pintu tanpa adanya tanda bunyi klakson. (Franisa m. Ketaren).

Contoh 5
ketika saya disuruh sebagi penceramah Apel pagi dan saya merasa sangat gugup karena harus bicara didepan guru-guru dan siswa-siswa lainnya.Tapi saya mencoba untuk latihan di depan cermin supaya saya pede pada saat Apel pagi,dan ketika Apel pagi akan di mulai saya menarik nafas supaya saya rileks dan hasilnya saya tidak merasa gugup ( Wulan Azizah)


Pendekatan Operant Conditional

Pendekatan ini dikemukakan oleh E.L.Thorndike yang mencetuskan hukum efek ( the law effect)  yang menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan perilaku negatif akan diperlemah.Pendekatan ini sering disebut juga belajar konsekuensi. Pendekatan ini lebih diperdalam oleh B.F.Skinner yang melakukan penelitian pada tikus. Pada pendekatan ini ada 3 macam konsekuensi yaitu:
a. Penguatan positif
yaitu penguatan yang mempunyai prinsip bahwa sebuah perilaku akan diulangi apabila diikuti oleh stimulus (rewarding)
b Penguatan Negatif
. yaitu penguatan yang tidak merugikan ataupun menguntungkan tetapi penguatan yang merubah perilaku atau mentebabkan adanya penghindaran.
c. Hukuman
Pendekatan untuk menghentikan perilaku

Contoh-contoh dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:


Contoh 1
Sekitar 12 belas tahun yang lalu saya pernah mengalami sakit perut. Itu sangat sakit karena pada saat itu saya masih kecil. Lalu saudara saya membuatkan obat yaitu minuman yang dicampur dengan gula dan  garam yang lebih dominan rasa asinnya dibandingkan dengan rasa manisnya. Saya tidak suka meminumnya karena obat tersebut dibuat sampai 1 botol aqua dan saya harus menghabiskannya. Saudara saya tersebut lalu berjanji kalau saya bisa menghabiskan minuman tersebut maka kami akan pergi jalan-jalan pada sore hari. Saya pun bisa menghabiskan obat tersebut dan dan kami lalu pergi jalan-jalan pada sore hari seperti yang  telah dijanjikan oleh saudara saya. (Neforius Halawa)
Contoh 2
Saya sangat gemar melukis hal apapun, alam, ruangan bahkan manusia. Tetapi saya selalu merasa tidak percaya diri dan tidak berani menunjukkan hasil lukisan saya. Sampai saat teman saya menemukan lukisan yang saya sembunyikan dan berkata bahwa lukisan saya bagus, kemudian hari saya menunjukkan lukisan saya pada teman yang lainnya dan mereka juga memuji lukisan saya dan sampai sekarang saya cukup percaya diri untuk menjual hasil lukisan saya yang meggambarkan wajah. (Putri Ayuni)
Contoh 3
Saya masih mengingat jelas,ketika masih di sekolah dasar hamper setiap pulang sekolah saya dan kakak laki laki saya harus Tidur siang.tapi kami berdua selalu melanggar hingga suatu saat ayah akan menjanjikan kami Nasi goring buatannya dan itu berhasil membuat kami berdua jadi tidur siang.Tapi pernah suatu saat kami berdua malah memilih menonton televise kami pun dimarahi Ayah dan dilarang menonton televise selama 3 hari.Akhirnya kami pun tidak pernah melanggar lagi.(Glory Sepsi Sinaga)
Contoh 4
Sekitar 5 bulan yang lalu ketika saya masih menduduki semester 1, saya diberi arahan oleh orang tua saya agar saya jangan boros. Jadi, saya diberikan uang saku mingguan. Ayah saya berkata jika saya tidak boros dan di akhir semester saya memiliki sisa uang saku maka handphone saya akan diganti dengan yang baru. Pada akhirnya saya mencoba untuk tidak boros dan menyisakan uang saku saya. Kemudian ayah saya menepati janjinya dan mengganti handphone saya dengan yang baru. (Franisa M.Ketaren)

Contoh 5
seorang anak yang dulunya selalu mendapat peringkat,kemjdian dia memperoleh nilai rapot yang menurun dan begitu juga dengan peringkatnya yang menurun.Kemudian orang tuanya menegurnya dan memberi anak itu nasehat, kemudian anak tersebut lebih giat belajar dan bisa kembali mendapat niali ujian yang bagus,dan peringkat nya juga naik. (Wulan Azizah)

Pendekatan Kognisi
Pendekatan ini dipelopori  oleh Albert Bandura yang menghasilkan teori self efficacy yaitu teori yang mengatak bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif. Pendekatan ini mengatakan bahwa belajar adalah  proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Hasil dari pendekatan ini adalah pengetahuan dan mengetahui. Elemen paling penting pada pendekatan ini adalah pengetahuan.

Contoh dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:

Contoh 1
Sekitar kelas satu SD saya sering diajak saudara ayah saya ke pasar untuk membeli buah-buahan. Setiap kali kami ke pasar kami selalu berjalan kaki karena pasar tersebut tidak terlalu jauh. Kami selalu melewati jalan yang berbeda setiap pergi ke pasar, dan setiap pulang dari pasar maka saudara ayah saya akan pura-pura lupa sehingga dia membuat saya mengingat setiap jalan yang sudah kami lewati walaupun saya sering lupa jalannya. Ketika saya bilang bahwa saya lupa jalannya maka saudara ayah saya ini akan tersenyum dan kembali menunjukan jalan yang tepat. (Neforius Halawa)
Contoh 2
Awal mula saya bermain rubik, berhari-haripun saya tidak dapat menyelesaikan tata letak warna rubik tersebut. Saya berlatih dan mempelajari teknik singkat agar dapat mempelajari rubik tersebut secara otodidak. Dan karena mempelajari dan menghafal langkah demi langkah teknik secara rutin hingga akhirnya  saya dapat menyelesaikan rubik hanya dalam hitungan menit. (Putri ayuni)
Contoh 3
Saya mempunyai seorang adiki kecil yang usianya beda jauh dari saya namaya adalah Jio.Ketika berumur 3 tahun Jio sangat suka menonton film Upin Ipin,ketika suatu saat di film  itu tentang menggosok gigi dan jika malas menggosok gigi,gigi nya akan berlubang dan sakit.Di Episode itu juga ditunjukkan bagaimanaUpin dan Ipin sedang menggosok gigi,adikku Jio pun langsung mengikutinya dan raji menggosok gigi.Pada suatu saat ia juga mau menggambar atau melukis apa saja yang dilihatnya misalkan pesawat mainannya dan terkadang ia juaga mau membentu bentuk hewan dari tanah seperti pernah ia membentuk seekor buaya.(Glory Sepsi Sinaga)
Contoh 4
Salah satu hobby saya adalah mendengarkan lagu. Jadi, pada saat saya mendengarkan lagu saya menikmati lagu tersebut dengan baik. Kemudian di lain waktu saya mendengarkannya lagi. Nah, kemudian di lain waktu lagi saya mendengarkan lagi itu dan tidak sengaja saya ikut bernyayi dan menyanyikan lagu itu dengan lirik yang pas. Disini saya tidak sengaja belajar mengingat lirik lagu tersebut dan ikut bernyanyi. (Franisa M.Ketaren)

Contoh 5
ketika saya disuruh sebagi penceramah Apel pagi dan saya merasa sangat gugup karena harus bicara didepan guru-guru dan siswa-siswa lainnya.Tapi saya mencoba untuk latihan di depan cermin supaya saya pede pada saat Apel pagi,dan ketika Apel pagi akan di mulai saya menarik nafas supaya saya rileks dan hasilnya saya tidak merasa gugup. (Wulan Azizah)